Dibalik Sikap Lelaki Seperti Dia


                 
            -Dibalik sikap lelaki seperti dia-


"Lebih baik orang seperti mu menghilang saja di bumi."

"Kenapa? Nanti kamu menangis karna tidak ada aku."

"Bahkan langit pun tak akan membiarkan ku menangis karna orang seperti mu."

"Buruk sekali pikiran mu terhadapku,"

"Tidak buruk menurutku, lebih tepatnya aku mengatakan hal yang apa adanya."

"Memang nya kenapa kamu ingin aku hilang dari bumi?"

"Agar tidak ada wanita yang akan mengorbankan hatinya dengan cuma-cuma untuk menjadi bahan uji coba kamu dalam mencari cinta."

"Bukan uji coba namanya, aku hanya sedang mencari yang tepat."

"Yang tepat dengan mengorbankan banyak hati? Menyedihkan sekali,"

"Kamu tidak mengerti bagaimana aku, maka diam lah"

"Diam katamu? Ironisnya, aku tidak akan menuruti perkataan manusia seperti mu."

"Aku kan tidak pernah meminta mereka mengorbankan hati mereka sendiri untukku, bagaimana bisa kau menyalahkan ku"

"Mereka tak pernah ingin begitu sebenarnya, mereka ingin kamu menetap apabila sudah bertamu, itu saja sudah membuat mereka bahagia, mereka butuh kesetianmu"

"Seorang tamu juga memiliki hak untuk pergi kemana saja bukan? Hati mereka belum ku jadi kan rumah tempat ku untuk berpulang nantinya. Jika nanti aku telah menjadi kan hati seorang perempuan sebagai rumahku berpulang, dan kala itu juga aku tak pernah pulang pada rumah ku sendiri, maka itu baru aku yang bersalah"

"Maka kamu harusnya tidak boleh bertamu pada hati perempuan manapun,"

"Kenapa tidak? Mereka sendiri yang akan membukakan pintu hatinya untukku."

"Mereka pikir kamu adalah orang yang pantas untuk mengisi ruang hati mereka, makanya mereka menyambutmu, berharap kamu lah orang yang akan menetap selamanya disana"

"Maka mereka terlalu berlebihan,"

"Berlebihan katamu? Kau datang dan menebar kenyamanan serta menumbuhkan rasa cinta di hati yang sungguh sangat merindukan keberadaan rasa yang telah lama hilang sebelumnya, lalu setelah mereka begitu cinta kamu lantas pergi meninggalkannya, meninggalkan luka lalu pergi begitu saja! Kamu jahat sekali,"

"Aku tidak jahat, padahal disitu aku memberi semua perempuan itu pelajaran"

"Pelajaran menyedihkan macam apa itu? Kau memang selalu merasa benar, padahal disini kamu telah menyakiti hati perempuan-perempuan itu, benar sekali ya perbuatan mu itu?"

"Kamu jangan memandang disatu sisi saja, kamu harus bisa melihat di satu sisi berbeda"

"Dari sisi manapun kamu tetap salah, maka aku tak perlu capek-capek untuk memikirkannya"

"Begini ya, perempuan itu sebenarnya mendapat pelajaran berharga dari ku, walaupun aku menyakiti hati mereka, seharusnya mereka bisa mengerti, bahwa seorang tamu sepertiku bisa datang lalu pergi.. dan dari sana besok, lusa, atau selanjutnya mereka bisa berhati hati dalam menerima tamu di hati mereka, jangan terlalu cepat dalam menyerahkan hati yang merupakan hal paling berharga dihidupnya.."

"Kalau memang hanya untuk memberi pelajaran, tidak harus menyakiti mereka bukan?"

"Memang benar, tapi aku ingin mereka selamanya mengingat pelajaran ini,"

"Kamu tetap sebagai penjahatnya disini"

"Bahkan tuhan pun memberikan bencana untuk manusia agar kita sadar dan mempelajari kesalahan kita sendiri,"

"Maksudnya?"

"Begini, Tuhan datangkan gempa, lalu kamu jadi korban hingga membuat kaki mu patah, kamu merasakan sakit bukan? Dan dari sana kamu bisa belajar apakah musibah itu teguran atau cobaan untukmu, jika itu teguran maka belajarlah dari kesalahanmu, jika itu cobaan belajarlah bersabar mengahadapinya, semuanya tentang belajar bukan?"

"Iya, tapi tetap saja"

"Cobalah berdamai dengan otakmu nic, jangan keras kepala seperti dulu, kamu sudah dewasa"

"Bunda bilang aku masih putri kecilnya,"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cuapan hari ini

Kepada Generasi Muda

Saya pernah sebodoh ini.