Gores luka Kudedarkan pandangan disetiap sudut hatiku. Berantakan. Itu lah gambaran keadaannya saat ini. Aku tersenyum getir melihat setiap figura-figura yang dulunya terpajang indah dan rapi kini tergeletak serta tak utuh lagi. Aku bersimpuh mengumpulkan setiap pecahan kaca dari figura satu persatu, walau tak sedikit serpihannya menancap dijariku. Hingga tetesan itu tak terbendung lagi. Kamu pernah bilang "Aku tidak suka melihat mu menangis, cukup orang dimasa lalu mu saja yang membuat mata indah ini menjatuhkan tetesnya, dan mulai detik ini kau akan merasakan bahagia yang sesungguhnya" Dan bodohnya aku tersenyum. Mempercayai setiap kata dari kalimat yang kau ucap kala itu. Sekarang, apa boleh aku bertanya? Iya. Bertanya padamu. Jika boleh, aku akan tanyakan satu hal. "Kekasih," ah, kau bukan kekasih ku lagi ya? Baiklah, aku akan memanggilmu dengan panggilan yang lebih pantas untuk mu. "Gores luka," "Padamu gores luka, lalu apa yang ka...